Crypto Markets See Calm as Most Coins Consolidate Recent Gains

Crypto Markets See Calm as Most Coins Consolidate Recent Gains

By Marie Huillet5 min read
Tuesday, Oct. 16: Crypto markets are seeing some stability today following yesterday’s market upsing, with virtually all of the major cryptocurrencies seeing only minor price changes, both red and green, as of press time.
Tether (USDT) has meanwhile seen a recovery, having yesterday slipped from its U.S. dollar peg to trade well below its historical price range, briefly dipping as low as $0.925.
Market visualization by Coin360
Bitcoin (BTC) is trading at $6,580 at press time, down close to 1 percent on the day, according to CoinMarketCap. During a short-lived spike yesterday, which correlated with Tether’s price drop, Bitcoin traded as high as $6,673, but has since corrected to the price range it saw at the beginning of its weekly chart, despite several days of heavy losses on the crypto markets mid-week.
Overall on the week, the top coin has virtually not budged, and is 0.06 percent down as compared with Oct. 9. On the month, Bitcoin is up around 1.72 percent, again remaining relatively stable.
Bitcoin 7-day price chart. Source: CoinMarketCap
Ethereum (ETH) is down just fractionally, by 0.3 percent, to trade just under $210, according to CoinMarketCap. Having seen an intra-week low of around $189 on Oct. 12, followed by a couple of days of sustained losses, the leading altcoin also saw a major spike yesterday, Oct. 15, to trade as high as $220.
On the week, Ethereum is around 7.5 percent in the red; monthly losses are around a milder 3.2 percent.
Ethereum 7-day price chart. Source: CoinMarketCap
Ripple (XRP) is the strongest performer among the top ten coins by market cap, up 3 percent to trade at $0.454 at press time. The asset saw a spike parallel to BTC and ETH yesterday, but has seen solid performance today and is trading only slightly below yesterday’s peak at $0.567.
Having shed value during the market-wide losses Oct.11-14, Ripple is around 4.4 percent in the red on its weekly chart. Nonetheless, due to its soaring successes in September, Ripple’s monthly growth is at close to 64 percent.
Ripple 7-day price chart. Source: CoinMarketCap
The remaining top ten coins on CoinMarketCap are seeing an almost even mix of gains and losses, capped within a 2 percent range in both directions.
Tether (USDT) has reclaimed most, if not all, the ground it lost during yesterday’s tumble, and is up 1.6 percent to trade at $0.98 at press time. Although reasons for Tether’s losses yesterday are not confirmed, unconfirmed reports have recently circulated that banking complications appear to have beset both Tether and associated crypto exchange Bitfinex.
Others have proposed the market sentiment was tied to investors “losing faith” because of the ongoing lack of transparency surrounding Tether’s claims to be backed one-to-one by the US dollar.

Tether 7-day price chart. Source: CoinMarketCap
The market’s seventh largest coin Litecoin (LTC) is down 1.66 percent to trade at $54.25 by press time. Still among the top ten, Cardano (ADA) and Monero (XMR) are both up about 1 percent on the day to press time.
In the context of the top twenty coins, the picture is also mixed, with most coins seeing minor price change capped within a 2 percent range, though with a couple of notable exceptions.
Tezos (XTZ) has soared 13 percent on the day and is trading at $1.44 at press time.

Tezos’ 7-day price chart. Source: CoinMarketCap
Dogecoin (DOGE) and Binance Coin (BNB) have both seen above-average price changes on the day, both down about 3 percent at press time.
Total market capitalization of all cryptocurrencies is down to around $211.1 billion as of press time — having reached as high as $220.2 billion briefly yesterday, Oct. 15.
7-day chart of the total market capitalization of all cryptocurrencies from CoinMarketCap
Today investor and crypto bull Mike Novogratztweaked his price forecast for Bitcoin, predicting the top crypto would in fact not break $10,000 in 2018. He suggested instead that during “Q1 [or] Q2 [2019] if the institutions start coming in, we’ll put in new highs.”
In other crypto news, stablecoins continue to make headlines this week, with blockchain trust company Paxos announcing it has already issued around $50 million worth of its recently-launched U.S.dollar-backed stablecoin, PAX.
Notably, with regards to better-known thought controversial stablecoin Tether, stablecoin issuance at this scale has drawn both speculation and criticism in regards to its possible impact on Bitcoin (BTC)’s price performance.
As reported yesterday, the now second largest crypto exchange by market cap OKEx announced it would be listing four stablecoins at once – PAX, TrueUSD (TUSD), USD Coin (USDC), and Gemini Dollar (GUSD) – the same day as U.S.-based crypto payment processor BitPay announced it had started to accept two stablecoins for merchant settlement, GUSD and USDC.
Following OKEx’s move, another major crypto exchange, Huobi, announced their listing of the same four USD-backed stablecoins today.

Crypto markets are seeing some stability today, with most major coins seeing only minor ups and downs.

https://cointelegraph.com/news/crypto-markets-see-calm-as-most-coins-consolidate-recent-gains
Share:

BUKU SENI HARMONI SATB

BUKU SENI HARMONI SATB 

Ilmu harmoni adalah ilmu pengetahuan musik yang membahas tentang nada-nada yang selaras (harmonis). Nada-nada yang selaras dapat digabungkan untuk membentuk paduan nada yang dapat dinyanyikan bersama kelompok paduan suara. Tidak semua nada dapat dipadukan dengan nada lain, karena ada nada yang dibunyikan bersama tidak menimbulkan suara harmonis, tetapi menjadi menjadi disonan.
Untuk full buku dapat dibaca pada halaman dibawah ini.


Share:

REKAYASA PERANGKAT LUNAK JILID 2

REKAYASA PERANGKAT LUNAK 

JILID 2



Share:

DEFINISI TEATER

SENI TEATER JILID 1 

DEFINISI TEATER

Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung  pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya.  Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001). 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”. Jika digambarkan maka peta kedudukan teater dan drama adalah sebagai berikut. 


Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress (Harymawan, 1993).

Meskipun istilah teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau  tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993). Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman 

Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan (Kasim Achmad, 2006). Keterikatan antara teater dan drama sangat kuat. Teater tidak mungkin dipentaskan tanpa lakon (drama). Oleh karena itu pula dramaturgi menjadi bagian penting dari seni teater. Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Harymawan (1993) menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yang disebut dengan formula dramaturgi. Formula ini disebut dengan fromula 4 M yang terdiri dari, menghayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan. 

M1 atau menghayal, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena menemukan sesuatu gagasan yang merangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada suatu persitiwa baik yang disaksikan, didengar maupun dibaca dari literatur tertentu. Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada kehidupan seseorang. Gagasan atau daya cipta tersebut kemudian diwujudkan ke dalam besaran cerita yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan. 

M2 atau menulis, adalah  proses seleksi atau pemilihan situasi yang harus dihidupkan begi keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah menemukan kunci aksi ini, pengarang mulai mengatur dan menyusun kembali situasi dan peristiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati para tokoh untuk diciptakan, dan semua unsur pembentuk lakon untuk dikomunikasikan. 

M3 atau memainkan, merupakan proses para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama ide dan gagasan pengarang, aktor sebagai komunitakor, penata artsitik sebagai orang yang mewujudkan ide dan gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan. 

M4 atau menyaksikan, merupakan proses penerimaan dan penyerapan informasi atau pesan yang disajikan oleh para pemain di atas pentas oleh para penonton. Pementasan teater dapat dikatakan berhasil jika pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton. Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksud pertama untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan dan keinginannya terhadap tontonan tersebut.  

Formula dramaturgi seperti disebutkan di atas merupakan tahap mendasar yang harus dipahami dan dilakukan oleh para pelaku teater. Jika salah satu tahap dan unsur yang ada dalam setiap tahapan diabaikan, maka pertunjukan yang digelar bisa dipastikan kurang sempurna. Oleh karena itu, pemahaman dasar formula dramaturgi dapat dijadikan acuan proses penciptaan karya seni teater. 


Share:

Entri Populer

Labels

Recent Posts